Catatan tentang bahagianya menjadi diri sendiri.
Ditolak, tidak dihargai, di sia-siakan, gagal, minder, dan segala macam perasaan dan keadaan yang menyeramkan pasti pernah kita rasakan dalam hidup ini. Aku nggak menceritakan tentang bagaimana keadaan itu atau kronologi ceritanya, namun, aku akan menceritakan tentang efek setelah kita mengalami segala hal menyedihkan dan menyeramkan itu, kita PASTI berubah menjadi orang yang benci terhadap diri sendiri.
Benci terhadap diri sendiri jauh lebih berbahaya daripada benci terhadap orang lain lo. Karena yang bisa memberi maaf, dan memaafkan ya diri kita sendiri. Padahal yang bikin salah ya diri kita sendiri. Semuanya kembali ke diri kita sendiri. Rumit banget ya.
Kenapa aku gagal?
Kenapa aku nggak bisa seperti dirinya yang sukses?
Seandainya dulu aku tidak begini, pasti aku nggak akan begitu.
Dan segala seandainya yang lainnya. Padahal menurut sebuah literatur yang pernah ku baca, kata seandainya itu hanya milik manusia, di kamus Tuhan, kata seandainya itu nggak berlaku. Secara nggak langsung, Tuhan menyuruh kita untuk menjadi manusia yang tangguh, tahan banting terhadap segala macam konsukensi atas segala pilihan yang telah kita tempuh.
Saat kita mengalami hal menyeramkan itu (Ditolak, tidak dihargai, di sia-siakan, gagal, minder), otak kita tiba-tiba saja berubah menjadi otak yang menjengkelkan, terus-terusan diinget kayak kaset rusak. Terus-terusan diulang kayak orang nawarin bakso. Iya kalau bakso, semakin sering ditawarin, semakin gede pula rasa ingin beli. Lha kalau otak? Semakin sering kita ingat, semakin gila juga rasa sakit yang bertengger di dalam hati.
Padahal kalau ditelisik lebih mendalam, perbandingan antara seberapa sering kita gagal, dan kita sukses, jauh lebih gede saat kita sukses lo. Coba aja inget-inget sendiri. Kita aja yang lebay, jauh lebih gampang ingat hal-hal yang buruk daripada hal-hal yang menyenangkan hati. Ibarat sabun, rasa seneng itu selalu hilang dalam sekali bilas.
Argh, kalau melihat segala macam yang ada di orang lain, memang nggak pernah ada habisnya. Sifat dasar manusia, selalu merasa kurang. Kita mesti tidur, dan lupa menyadari betapa hidup kita sebenarnya sudah bahagia dan sangat bermakna.
Hidup, ah, kamu kok punya banyak banget misteri sih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar